31 May 2006

can u hear them?

Memangnya hujan punya irama?
Memangnya matahari dapat tersenyum?
Apa benar awan-awan dapat menari dan angin bercerita? =p

But they do
I can hear them….
They are just saying, telling, reflecting something
Something about the loving kindness,
Something about the greatness, the goodness
Of my God….
Can u hear them also? Maybe it is not the same way as I hear
But I believe
All of us can hear them...:)

27 May 2006

special ability

Berikan aku kemampuan, ya Tuhan

Untuk bisa melihat dari sudut pandang orang lain

Agar aku tidak mudah untuk menghakimi

Untuk bisa mendengarkan dengan hati

Agar aku bisa lebih mengasihi dan peduli

-nn-

23 May 2006

Damai Sejahtera

Seorang pengusaha pecinta lukisan menggelar lomba lukis. Tema dari lomba itu adalah melukis “damai sejahtera”. Puluhan kontestan datang dari berbagai kota untuk memenangkan lomba itu. Dalam waktu yang tidak cukup lama, kanvas-kanvas putih mulai dipenuhi dengan sapuan cat para pelukis. Hasilnya menimbulkan decak kagum orang-orang yang ingin menyaksikan lomba tersebut. Hampir semua pelukis melukis pemandangan indah, baik itu pegunungan, bukit-bukit, taman, suasana pedesaan maupun lautan teduh. Orang-orang yang melihat lukisan-lukisan tersebut mulai penasaran, kira-kira lukisan mana yang akan keluar sebagai pemenang karena bagi mereka hampir semua lukisan itu jika dilihat akan menimbulkan ketenangan bagi yang menikmatinya.

Ketika tiba waktunya untuk mengumumkan pemenangnya, sang pengusaha tanpa ragu langsung mengambil sebuah lukisan air terjun yang menderu dengan tampak di dekat air terjun itu seekor burung tertidur lelap di atas sebuah ranting kecil. Seraya tersenyum, pengusaha itu berkata, “Memang, semua lukisan yang lain tampak sangat indah dan menawan. Akan tetapi, damai sejahtera bukanlah tentang keindahan ataupun suatu keadaan tanpa masalah. Damai sejahtera adalah pikiran atau jiwa yang tenang walau di tengah-tengah "badai" yang menderu. Pelukis dari lukisan ini sudah menangkap apa yang saya maksud dengan damai sejahtera. Dan tanpa ragu, saya memutuskan bahwa dialah yang memenangkan perlombaan ini!”

“Damai sejahtara Allah, yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” Philipi 4:7

17 May 2006

Doa Mereka

Suatu malam saya masuk ke kamar papa dan mama saya dan mulai ikut bercakap-cakap dengan mereka seperti yang biasa saya lakukan. Hanya saja, malam itu saya menanyakan hal yang agak berbeda dari malam-malam sebelumnya. Malam itu saya menanyakan kepada mereka kira-kira apa saja pengharapan mereka terhadap saya dan masa depan saya.

Membutukan kira-kira lima belas menit baru saya mendapatkan jawabnya karena mereka terheran-heran mengapa tiba-tiba saya menjadi agak aneh =P

Mereka kemudian mengatakan begitu banyak doa dan harapan mereka kepada saya. Saya sampai terdiam dan terharu. Ternyata begitu banyak hal yang indah yang ada dalam hati mereka terhadap saya.

Setelah selesai, saya kembali ke kamar saya, menuliskan setiap detail yang mereka katakan ke diary saya. Saya mengatakannya kepada Tuhan dan meminta agar semua bisa tergenapi.

Saya mendapatkan banyak nubuatan dari pastur-pastur yang diurapi Tuhan. Banyak sekali hal-hal luar biasa yang dijanjikan Tuhan kepada saya yang saya percaya akan digenapi dalam hidup saya. Saya sangat menghargai apa yang telah diucapkan atas saya lewat mereka.

Pada blog kali ini, saya mau menceritakan bahwa lewat orang tua, kitapun bisa mendapatkan janji Tuhan. (mungkin perkataan mereka itu sederhana, atau bahkan mereka belum lahir baru dan mengenal Tuhan Yesus) Bukankan orangtua kita adalah otoritas mutlak yang Tuhan sendiri pilih buat kita? Saya percaya, sungguh amat percaya, bahwa setiap doa mereka kepada saya akan terjawab!!!

13 May 2006

Optimisme

Saya baru aja menonton TV. Station TV itu menayangkan cerita tentang regu penolong, yang ditugaskan mengevakuasi penduduk (entah daerah mana saya tidak mengikuti dari awal) dari banjir akibat bendungan yang jebol. Pemimpin regu penolong ini diberi tahu kalau persentase dari keberhasilan usaha mereka akan sekitar 10 persen saja. ketua regu penolong ini berpikir, “walaupun hanya 10 persen, saya akan tetap melakukannya, karena bagaimanapun, 10 persen itu adalah kesempatan.”

Hasilnya, dengan kerja keras dan semangat, walaupun bendungan tetap jebol dan merusak rumah-rumah. regu penolong tersebut menyelamatkan seluruh penduduk tanpa terkecuali berserta dengan ternak mereka.

Betapa powerfulnya suatu optimisme!

11 May 2006

Bersabar

Ketika kita menunggu sesuatu, dan itu lama, kita mulai bersungut-sungut, dan mengatakan bahwa kita sudah cukup sabar dengan mau menunggu. Sebenarnya, ketika kita bersungut-sungut, kita kita tidak bisa dikatakan sabar karena kesabaran tidak sama dengan menunggu. Kesabaran adalah menunggu dengan sikap yang baik.

Sebagian dari hidup kita ini terdiri dari menunggu, entah itu menunggu pelanggan, jemputan, seseorang, pagi tiba, sesuatu terjadi ataupun menunggu janji Tuhan tergenapi di dalam hidup kita. Alangkah indahnya jika kita mempunyai sikap yang baik ketika kita menunggu! Jadi, marilah kita bersabar sehingga hidup kita menjadi lebih baik.

06 May 2006

ketika kita mengerti, kita pasti cinta!

Cerita tentang Noel adalah cerita tentang pikiran seorang balita terhadap orang tuanya (baca post sebelumnya). Ketika kita sudah mulai beranjak dewasa, kita mulai mengerti mengapa orang tua kita begitu terhadap kita, dan mengapa ada begitu banyak larangan yang ditetapkan oleh mereka dalam hidup kita. kita mengerti bahwa semua untuk kebaikan kita. Bahkan, mungkin kita begitu mengucap syukur pada orang tua kita atas ‘larangan-larangan’ mereka, bahkan disiplin yang pernah mereka terapkan dalam hidup kita sejak kita kecil. Kita tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jikalau kita hanya dibiarkan saja melakukan apa saja yang kita mau.

Demikian juga kita dengan Tuhan (again! Hehe), ketika kita mulai beranjak dewasa secara rohani, kita tidak lagi berpikir firmanNya itu susah atau membosankan. Sebaliknya, hati kita bersyukur atas ketetapan-ketetapanNya, dan mencari kehendakNya dalam kehidupan kita. itu semua terjadi karena kita tahu sekarang, betapa FirmanNya melindungi kita senantisa, bahkan menjadi guide kita dalam menjalani hidup kita. Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin kita tidak mencintai FirmanNya?

Berikut ini adalah sebagian dari ungkapan cinta Daud akan Firman Tuhan yang saya kutip dari kitab mazmur pasal 119

(33) Perlihatkanlah kepadaku ya Tuhan, petunjuk ketetapan-ketetapanMu, aku hendak memegangnya hingga sampai saat terakhir

(35) Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintahMu, sebab aku menyukainya

(40a) Sesungguhnya aku rindu kepada titah-titahMu

(47) Aku hendak bergemar dalam perintah-perintahMu yang kucintai itu

(59) Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahklan kakiku menuju peringatan-peringatanMu.

(66) Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintahMu

(72) Taurat yang Kau sampaikan adalah baik bagiku, lebih daripada ribuan keping emas dan perak

(81-83) Habis jiwaku merindukan keselamatan daripadaMu, aku berharap kepada FirmanMu. Habis mataku merindukan janjiMu; aku berkata “bilakah Engkau akan menghiburkan aku?”

(97) Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari

(101) Betapa manisnya janjiMu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku

(105) FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku

(140) JanjiMu sangat teruji, dan hambaMu mencintainya

(149) Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janjiMu

(172) Biarlah lidahku menyanyikan janjiMu sebab segala perintahMu itu benar

Untuk siapa sih?

Noel, itu nama ponaan pertama saya yang bisa saya kunjungi atau dia yang datang ke rumah tiap Minggu. (yang satunya Yaohan, jauh dari saya nih… miss you!!!). Sejak Noel lahir, ada saja hal yang lucu dan menggemaskan yang bisa kami ceritakan di rumah. Cara bicaranya, hal-hal baru yang disukainya, celetukan-celetukannya yang mengemaskan, dan sebagainya, semuanya menjadi hal yang menggembirakan bagi kami.

Sejak punya ponaan ini, saya mulai bisa melihat cara pandang orang tua terhadap anak (what??? am I getting older???? Heheh. Mungkin itu yang dinamakan dengan blessing jadi aunty ya.. hahah…) Well, kalo dulunya saya cuman bisa liat dari sudut pandang saya sebagai anak dan sering bingung dan kadang gak setuju dengan ortu, sekarang saya mengerti mengapa mereka seperti itu.

Noel, anak yang sangat aktif, kalau liat bola, pengen maen, kalau liat pisau, mau coba, kadang suka godain anjing yang lagi makan atau mau coba cabe. Sebagai anak balita, dunia ini emang sangat menarik bagi dia. Banyak hal yang belum dia ketahui dan semua ingin dicobanya. But imagine yang jadi orang tuanya!! Mata mamanya hampir 24 jam ngawasin dia, “Noel, pisaunya lepas, ayoo…” atau… “Noel, si Ot (nama anjing yang dia namain sendiri :)) jangan di ganggu, nanti dia nggigit loh.” Hampir tiap hari ada kata “jangan” buat dia. Bagi Noel, mungkin kata itu sungguh membosankan. Tapi coba saja kalau orang tuanya tidak melarang dia…!! Apa perlu Noel mengalami luka-luka dulu sehingga dia tahu kalau pisau itu bahaya? Atau apakah dia perlu digigit anjing dulu untuk mengetahui kalau anjing yang lagi makan bisa menggigit?

Saya melihat gambaran diatas seperti kita dengan Tuhan (well, Tuhan adalah Bapa kita, rite? :)) kadang kita merasa jemu dengan larangan-larangannya Dia. Mengapa tidak boleh ini? Mengapa tidak boleh itu? Kadang kita tidak mengerti dan berpikir Tuhan itu ada-ada saja dengan membuat hukum yang membosankan. Bahkan kadang kita berpikir kalau kita menuruti kehendakNya, itu semata-mata untuk kebaikanNya.

Dia hanya care too much pada kita. Dia tahu apa akibat dari kalau kita melakukan itu semua. Sebenarnya, bahkan kalau kita menuruti perintah-perintahNya, itu bukan semata untuk kebaikanNya, tapi untuk kebaikan kita juga. Mengapa Tuhan bersuka kalau kita obey pada perintahNya? Karena Dia bersuka kita akan mendapatkan hal yang baik dalam hidup kita!! itu alasan kenapa hatiNya disenangkan. Itu hatiNya bagi kita! :)

03 May 2006

Attitude 2

“Saya mengucap syukur kepada Tuhan atas kekurangan saya, karena lewat itulah, saya menemukan diri saya, pekerjaan saya dan Tuhan saya”

-Helen Keller-


Pada usia satu setengah tahun Helen Keller (1880-1968) jatuh sakit yang menyebabkan dia menderita buta dan tuli seumur hidupnya. Akan tetapi, pada usia 20 tahun dia berhasil masuk universitas; bukunya yang berjudul “The story of my life” telah diterjemahkan kedalam 50 bahasa; dan antara tahun 1946 hingga 1957, Helen melakukan perjalanan ke 39 negara di lima benua untuk berpidato tentang pengalamannya dan menyerukan masyarakat agar menghormati hak-hak orang buta.