"Duh, gimana ya keadaan papa mama disana? sehat-sehatkah? sudah makan? makan apa? siapa yang masakin? apa orang-orang disekeliling mereka baik pada mereka?" pikiran-pikiran semacam itu kerap kali berdatangan ke dalam benakku ketika aku hendak tidur. Hatiku tidak tenang.
"Duh, gimana ya suamiku di toko sendirian? sibukkah dia? capaikah? sudah makankah? kalau mau ke belakang gimana? " seperti awan kelabu pikiran-pikiran semacam itu bertengger di benakku ketika aku pergi menemui orang tuaku dan meninggalkan suamiku jaga toko.
Kalau aku di sini, aku memikirkan mereka yang di sana. Begitu pula sebaliknya. Selalu saja ada yang kukuatirkan. Aku menyebutnya, "mendua hati" aku ingin memiliki keduanya, bersama-sama sekaligus yang untuk saat ini tidak mungkin.
Mendua hati ini membuatku tersiksa. Aku tidak bisa menikmati keadaanku di suatu tempat dan waktu tertentu. Aku tidak konsentrasi, tidak efektif dan tidak bisa memberikan yang terbaik di tempat dimana aku berada.
Kurenungkan, Aku tidak boleh seperti itu. Kekuatiranku tidak akan menolong apapun kepada orang yang aku pikirkan. Aku menanggung beban yang seharusnya tidak perlu aku pikul. Aku terlalu sombong dan berpikir hanya aku yang bisa menolong mereka. Bukankan Tuhan menjagai dan melindungi mereka? aku harus belajar dari Tuhan, Ia lemah lembut dan rendah hati denga cari itu barulah aku bisa tenang. Selain itu, kalau aku seperti itu, bukankan orang yang sedang bersamaku akan sedih? bukankah tidak ada gunanya memikirkan orang yang jauh disana tapi "menelantarkan" orang yang sedang bersamaku?
Dan aku datang kepada Tuhan, memohon ampun padaNYa. Meminta padaNya untuk memberikan aku roh yang lemah lembut dan rendah hati agar aku tidak sok merasa bisa menanggung semuanya. Aku meletakkan beban itu di kayu salib dan merasa lega. Aku tidak lagi kuatir. Sekarang aku mau menikmati diriku dimanapun aku berada. Memberikan yang terbaik untuk mereka yang ada disampingku saat itu. :)
No comments:
Post a Comment