06 May 2006

Untuk siapa sih?

Noel, itu nama ponaan pertama saya yang bisa saya kunjungi atau dia yang datang ke rumah tiap Minggu. (yang satunya Yaohan, jauh dari saya nih… miss you!!!). Sejak Noel lahir, ada saja hal yang lucu dan menggemaskan yang bisa kami ceritakan di rumah. Cara bicaranya, hal-hal baru yang disukainya, celetukan-celetukannya yang mengemaskan, dan sebagainya, semuanya menjadi hal yang menggembirakan bagi kami.

Sejak punya ponaan ini, saya mulai bisa melihat cara pandang orang tua terhadap anak (what??? am I getting older???? Heheh. Mungkin itu yang dinamakan dengan blessing jadi aunty ya.. hahah…) Well, kalo dulunya saya cuman bisa liat dari sudut pandang saya sebagai anak dan sering bingung dan kadang gak setuju dengan ortu, sekarang saya mengerti mengapa mereka seperti itu.

Noel, anak yang sangat aktif, kalau liat bola, pengen maen, kalau liat pisau, mau coba, kadang suka godain anjing yang lagi makan atau mau coba cabe. Sebagai anak balita, dunia ini emang sangat menarik bagi dia. Banyak hal yang belum dia ketahui dan semua ingin dicobanya. But imagine yang jadi orang tuanya!! Mata mamanya hampir 24 jam ngawasin dia, “Noel, pisaunya lepas, ayoo…” atau… “Noel, si Ot (nama anjing yang dia namain sendiri :)) jangan di ganggu, nanti dia nggigit loh.” Hampir tiap hari ada kata “jangan” buat dia. Bagi Noel, mungkin kata itu sungguh membosankan. Tapi coba saja kalau orang tuanya tidak melarang dia…!! Apa perlu Noel mengalami luka-luka dulu sehingga dia tahu kalau pisau itu bahaya? Atau apakah dia perlu digigit anjing dulu untuk mengetahui kalau anjing yang lagi makan bisa menggigit?

Saya melihat gambaran diatas seperti kita dengan Tuhan (well, Tuhan adalah Bapa kita, rite? :)) kadang kita merasa jemu dengan larangan-larangannya Dia. Mengapa tidak boleh ini? Mengapa tidak boleh itu? Kadang kita tidak mengerti dan berpikir Tuhan itu ada-ada saja dengan membuat hukum yang membosankan. Bahkan kadang kita berpikir kalau kita menuruti kehendakNya, itu semata-mata untuk kebaikanNya.

Dia hanya care too much pada kita. Dia tahu apa akibat dari kalau kita melakukan itu semua. Sebenarnya, bahkan kalau kita menuruti perintah-perintahNya, itu bukan semata untuk kebaikanNya, tapi untuk kebaikan kita juga. Mengapa Tuhan bersuka kalau kita obey pada perintahNya? Karena Dia bersuka kita akan mendapatkan hal yang baik dalam hidup kita!! itu alasan kenapa hatiNya disenangkan. Itu hatiNya bagi kita! :)

No comments: