Beberapa hari yang lalu, ketika sedang agak capek, saya ikutan nimbrung nonton TV bersama pembantu saya. Saat itu pembantu saya sedang asik nonton sinetron. Saya ndak tau judulnya apa dan ceritanya bagaimana, saya cuman ikut liat aja. ndak sampe setengah jam saya sudah jengkel setengah mati. Gimana ndak jengkel, ternyata itu cerita yang paling gak masuk akal yang pernah saya liat, ada mistik-mistiknya gitu, trus ndak ada messagenya, kalaupun ada mungkin itu message yang benar-benar jelek dan ndak membangun, kata-katanya kasar…. Wah, ndak tau deh, mending gak usah kulanjutkan saja. Akhirnya saya bilang sama pembantu saya, “ndak usah nonton ini lah, ganti aja. Nonton berita kek.” Akhirnya saya mengganti saluran ke Metro TV. Gak sampe setengah jam pembantu saya yang akhirnya minggat ke kamarnya :P. Saya tanya sama dia,”sinetron tadi bagus ya?” dia menjawab, “yah sudah terlanjur ngikuti ceritanya, kalo ndak nonton sinetron, ndak punya hiburan.”
Dalam hati saya jadi sedih, apa ini yang disuguhkan TV buat masyarakat kita? bukankah TV juga menjadi sarana untuk mendidik masyarakat? Bagaimana kalau anak-anak ikutan nonton TV? Mereka kan paling mudah meniru? Teman saya dan beberapa karyawan saya yang sudah punya anak juga bercerita kepada saya kalau anak-anak mereka mudah sekali menirukan kata-kata dari sinetron yang pada dasarnya kasar-kasar. Untuk masyarakat kota mungkin agak mudah ya menghindari TV, mungkin mereka masih punya hiburan lain. Lha untuk masyarakat desa? Seperti kata pembantu saya, ‘kita ndak punya hiburan lain.’
Input akan mempengaruhi output. Input itu adalah apa yang kita dengar, dan kita lihat. TV menyuguhkan keduanya. Apalagi mereka menonton TV hampir tiap hari! Satu hari bisa sampai 1 jam bahkan lebih. Kalau 1 tahun. Itu berarti mereka lebih dari 365 jam di depan TV. Outputnya bisa-bisa “pola pikir sinetron” Aduh!! (apa ini yang ingin kita liat yang terjadi buat masyarakat kita?)
Sorry kalau isi blog kali ini keluhan. Tapi buat teman-teman, kalau misalnya punya bakat bikin sinetron, bikinin donk sinetron yang keren, yang membangkitkan optimisme, harapan, menunjukkan nilai-nilai yang bagus, yang memperlihatkan seni acting yang bagus juga, gak yang asal sedih nangis, asal marah teriak-teriak atau nampar, yang kalau mikir jahat dahi bisa berkerut-kerut atau hidung kembang kempis…(gak tau ya, aku liatnya kayak gitu sih) bikin sinetron yang layak tonton, jangan yang hanya buat cari duit aja!! berikan pendidikan yang bagus buat masyarakat, TV besar banget loh pengaruhnya….
Dalam hati saya jadi sedih, apa ini yang disuguhkan TV buat masyarakat kita? bukankah TV juga menjadi sarana untuk mendidik masyarakat? Bagaimana kalau anak-anak ikutan nonton TV? Mereka kan paling mudah meniru? Teman saya dan beberapa karyawan saya yang sudah punya anak juga bercerita kepada saya kalau anak-anak mereka mudah sekali menirukan kata-kata dari sinetron yang pada dasarnya kasar-kasar. Untuk masyarakat kota mungkin agak mudah ya menghindari TV, mungkin mereka masih punya hiburan lain. Lha untuk masyarakat desa? Seperti kata pembantu saya, ‘kita ndak punya hiburan lain.’
Input akan mempengaruhi output. Input itu adalah apa yang kita dengar, dan kita lihat. TV menyuguhkan keduanya. Apalagi mereka menonton TV hampir tiap hari! Satu hari bisa sampai 1 jam bahkan lebih. Kalau 1 tahun. Itu berarti mereka lebih dari 365 jam di depan TV. Outputnya bisa-bisa “pola pikir sinetron” Aduh!! (apa ini yang ingin kita liat yang terjadi buat masyarakat kita?)
Sorry kalau isi blog kali ini keluhan. Tapi buat teman-teman, kalau misalnya punya bakat bikin sinetron, bikinin donk sinetron yang keren, yang membangkitkan optimisme, harapan, menunjukkan nilai-nilai yang bagus, yang memperlihatkan seni acting yang bagus juga, gak yang asal sedih nangis, asal marah teriak-teriak atau nampar, yang kalau mikir jahat dahi bisa berkerut-kerut atau hidung kembang kempis…(gak tau ya, aku liatnya kayak gitu sih) bikin sinetron yang layak tonton, jangan yang hanya buat cari duit aja!! berikan pendidikan yang bagus buat masyarakat, TV besar banget loh pengaruhnya….
No comments:
Post a Comment