17 July 2007

Jangan Bunuh Bebeknya!

Pernah dengar cerita tentang seorang petani dan bebek bertelur emas? Rasanya hampir semua dari kita pernah mendengar cerita tentang seorang petani miskin yang menjadi kaya karena bebeknya tiba-tiba menghasilkan sebutir telur emas setiap harinya. Kisah ini berakhir menyedihan karena si petani membunuh si bebek karena ingin mendapatkan semua telur emas yang ada di dalam tubuh si bebek. Si bebek mati dan tidak ada sebutirpun telur emas di dalam tubuh mati si bebek.

Waktu kita mendengarkan cerita si petani dan bebek ini, kebanyakan dari kita berpikir bahwa si petani ini bodoh sekali. Rasanya tidak mungkin orang normal yang berpikiran sehat dapat melakukan hal yang bodoh seperti hal yang dilakukan si petani, jika benar-benar mereka punya bebek bertelur emas tentunya.

Akan tetapi, ketika saya menemukan kembali cerita ini dibuku Steven Covey tentang Tujuh Kebiasaan, saya tidak lagi berpikir demikian. Covey mengumpakankan si petani adalah kita dan bebek bertelur emas adalah semua asset kita yang bisa menghasilkan hal yang baik dalam kehidupan kita. Ada beberapa contoh yang bisa dipakai disini, misalnya, uang yang berperan sebagai modal usaha kita, alat transportasi yang kita miliki untuk menjalankan usaha kita atau bahkan bisa juga tubuh kita (masih banyak lagi contoh lain yang bisa kita pikirkan, yang menurut kita adalah hal penting dalam kehidupan kita)

Tentang uang dalam modal usaha kita, kita bisa saja membunuh si bebek dengan cara membelanjakan uang tersebut. Ketika uang sudah habis dibelanjakan untuk barang-barang konsumsi, tidak ada lagi bebek yang bisa menghasilkan telur emas. Tentang alat transportasi yang kita miliki. Misalnya kita memiliki mobil baru, kita menggunakanya dengan berlebih tanpa mengeluarkan biaya untuk perawatannya. Memang pada awalnya kedengaran menyenangkan, mobil baru, kemampuan bagus, tidak membutuhkan biaya untuk merawatnya, kita memakainya sesuka kita. kemudian beberapa tahun berlalu, mobilnya rusak, bebeknya mati karena ternyata setelahnya ongkos perbaikannya menjadi sangat mahal. Begitu juga dengan tubuh kita, pada waktu usia kita masih muda, kita jarang sakit, rasanya kita bisa melakukan apa saja. Kita tidak menjaganya dengan baik, kita menggunakannya secara berlebihan. Beberapa tahun kemudian, kita sudah mulai mengeluhkan banyak hal dan si bebek perlahan-lahan mati, kita tidak lagi produktif, tidak ada lagi telur emas yang bisa kita nikmati.

Ternyata kadang bisa saja tanpa kita sadari kita melakukan hal yang sama dengan si petani yang kita anggap bodoh. Kita membunuh si bebek yang menghasilkan telur emas bagi kita karena kita ingin semuanya serba cepat, menikmati semuanya sekarang.

No comments: